Selasa, 19 Juli 2016

LAPORAN REKAYASA PROSES PANGAN Sterilisasi Tempe



REKAYASA PROSES PANGAN
“Sterilisasi Tempe”

Dita Fitriani (14106007)
Desi Puspitasari (14106006)
Fadhilah Dorian Saputri (14106010)
Syahidah (14106024)
M. Zulfikar (14106011)
Andryanto (14106031)
PRODI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS BIOINDUSTRI
UNIVERSITAS TRILOGI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tempe merupakan makanan tradisional dari Indonesia yang selama ini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Terdapat berbagai jenis tempe yang ada di Indonesia, seperti tempe kedalai, tempe gembus, tempe bungkil, tempe bongkrek, tempe menjes, tempe benguk, tempe lamtoro dan lain sebagainya.
Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan tempe adalah kacang kedelai. Tempe juga dapat mengalami kebusukan oleh mikroorganisme. Salah satu cara untuk memperanjang umur simpan suatu produk tempe dapat dilakukan sterilisasi.
Proses sterilisasi adalah sala satu cara pengawetan dengan suhu tinggi untk membunuh semua mikroorganisme yang ada (Damayanthi et al, 1995). Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika ditumbuhkan di alam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). 
1.2  Tujuan
Untuk dapat mengetahui proses sterilisasi dan menentukan waktu sterilisasi dengan metode bali (formula)




BAB II

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum sterilisasi tempe ini dilaksanakan pada hari Rabu, 8 Juni 2016 pukul 10.00-12.30 WIB di Laboratorium Biokimia Lantai 4 Universitas Trilogi.
2.2 Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tempe. Peralatan yang digunakan dalam praktikum sterilisasi tempe ini antara lain : plastik, autoklaf, termocouple, dan thermometer.
2.3 Metode Kerja
Penentuan waktu sterilisasi ditentukan berdasarkan hasil pengukuran penetrasi panas. Termokopel dipasang ditengah kemasan pada bagian tengah tempe (dianggap bagian tiitk terdingin dari kemasan). Kemasan kemudian divacum dan di kelim, kemudian dimasukkan kedalam retort. Termokopel dihubungkan dengan recorder, kemudian mulai dilakukan pengukuran setelah retort mencapai suhu retort.
Selama proses pemanasan, perubahan suhu dicatat setiap menit. Pengukuran data pemanasan dilakukan sejak air pemanas diisikan kedalam retort sampai suhu produk mencapai suhu sterilisasi yang didapatkan pada penentuan suhu sterilisasi sebelumnya. Selama proses pemanasan, perubahan suhu dicatat setiap menit. Pengukuran data pemanasan dilakukan sejak air pemanas diisikan kedalam retort sampai suhu produk mencapai suhu sterilisasi yang didapatkan dari penentuan suhu sterilisasi sebelumnya

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Tabel 1 Beberapa perlakuan pada Tempe terhadap waktu simpan
Sampel Tempe
Tekstur
Bau
Warna
Suhu Ruang
Lembek
Busuk
Kehitaman
Vacum
Tidak berubah
Tidak berbau
Tidak berubah
Vacum + Autoklaf
Tidak berubah
Sedikit berbau
Sedikit kecoklatan
Autoklaf
Lembek dan berair
Sangat busuk
Coklat kehitaman
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika ditumbuhkan di alam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hatowo, 1992).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoclave uap yang mulai diangkat dengan menggunakan uap air jenuh pada suhu 121 C selama 15 menit. Adapun alasan digunakannya suhu 121 C itu disebabkan oleh tekanan 1 atm pada ketinggian permukaan laut. Autoklaf merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan Uap Panas Bertekanan. Autoclave merupakan alat yang essensial dalam setiap laboratorium mikrobiologi, ruang sterilisasi di rumah-rumah sakit serta tempat-tempat lain yang memproduksi produk steril. Pada umumnya (tidak selalu) autoclave dijalankan padaa tekanan kira-kira 15-16 per  (5 kg/cm2) pada suhu 121 . Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi bergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. (Pelczar dan Schan, 1986)
Perlakuan Vacum dilakukan dengan cara exhausting yaitu pengeluarannya oksigen dari dalam bahab pangan, hal ini dilakukan untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang hidup secara aerob (Kusnandar, 2000).
Produk Tempe disterilisasi pada suhu 121oC selama 30 menit pada autoclave. Sterilisasi dilakukan untuk menghilangkan bakteri yang dapat mengkontaminasi dan menyebabkan kerusakan pada tempe oleh mikroba pembusuk atau mikroba patogen.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui perlakuan apa yang paling baik untuk memperpanjang umur simpan produk tempe. Adapun perlakuan yang diberikan kepada tempe tersebut antara lain penyimpanan pada suhu ruang, vacum, vakum dan autoklaf, dan autoklaf saja selama 2 minggu. Hasil pengamatan dari praktikum ini adalah pada suhu ruang tekstur lembek, berbau busuk dan warnanya berubah menjadi kehitaman. Pada perlakuan vacum tekstur, bau dan warnanya tidak berubah. Pada perlakuan vacum dan autoklaf tekstur tidak berubah, sedikit berbau dan warnanya sedikit kecoklatan. Sedangkan dengan perlakuan autoklaf saja tekstur tempe menjadi sangat lembek dan berair, sengat berbau busuk dan warnanya berubah menjadi coklat kehitaman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan dan metode yang paling baik untuk memperpanjang umur simpsn produk tempe adalah vacum. 
  
BAB V
               PENUTUP  
4.1  Kesimpulan
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui perlakuan apa yang paling baik untuk memperpanjang umur simpan produk tempe. Adapun perlakuan yang diberikan kepada tempe tersebut antara lain penyimpanan pada suhu ruang, vacum, vakum dan autoklaf, dan autoklaf saja selama 2 minggu. Perlakuan dan metode yang paling baik untuk memperpanjang umur simpsn produk tempe adalah vacum.

DAFTAR PUSTAKA

·    Damayanthi, E dan E. S. Mudjajanto. 1995. Teknologi Makanan. Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
·         Ferdiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
·         J. Pelczar, 1986. Mikrobiologi fourt edition. New York, Me Graw Hill Book Company.
·         Kusnandar, dkk., 2000. Aspek Mikrobiologi Makanan Kaleng. Pusat STudi Pangan dan Gizi IPB, Bogor
·         Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta
·         Seftiono, H. 2016. Modul Praktikum Rekayasa Proses Pangan. Universitas Trilogi. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar