Kamis, 14 Januari 2016

Laporan Praktikum Biokimia Analisa Asam Amino Secara Kuantitatif



Tanggal            :  21 Desember 2015
Kelompok        :  01
Asisten             :  Devy Chaesa

“ANALISA ASAM AMINO SECARA KUANTITATIF”

Disusun oleh :
1.      Dita Fitriani          ( 14106007 )
2.      Agatha Sonya        ( 14106001 )
3.      Andri Yanto           ( 14106031 )
4.      Aisyah Nur F         ( 14106014 )
5.      Reynaldo               ( 14106018 )

Description: E:\PKM TRILOGI\03d29f797e9b19971887082d2c968ac0.jpeg
  
PRODI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS BIOINDUSTRI
UNIVERSITAS TRILOGI
JAKARTA
2015
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Asam amino merupakan senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa Asam amino merupakan monomer dari protein dan perantara dalam metabolisme tubuh. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik yaitu cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Asam amino memiliki titik leleh yang sangat tinggi lebih dari 200oC dengan massa molekul relatif rendah.
Asam amino dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat di sintesis oleh tubuh, sedangkan asam amino non esensial merupakan asam amino yang dapat di sintesis atau dibuat oleh tubuh melalui proses biosintesa dari senyawa Nitrogen yang terdapat dalam makanan.
Penentuan kadar dan konsentrasi asam amino pada suatu larutan dapat di tentukan secara metode kunatitatif yaitu dengan menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa dengan mengukur transmitan dan absorbannya. Adapun bagian-bagian dari spektrofotometer antara lain: kuvet, tempat sampel (kuvet), sumber cahaya, monokromator, rekorder, dan detektor. Sampel yang berupa larutan dimasukkan kedalam kuvet. Prinsip dari spektrofotometer adalah pengubahan energi sinar menjadi energi listrik yang melewati kuvet dan ditampilkan oleh rekorder.
Glisin (asam amino aminoetanoat) dengan rumus kimia C2H5NO2 yang adalah asam amino paling sederhana dan di butuhkan oleh tubuh karena merupakan asam amino esensial. 
1.2  Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan asam amino bebas pada kentang dengan cara spektrofotometri dan mengetahui cara pengukuran secara kuantitatif.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Desember 2015 pukul 13.15 sampai 15.45 WIB dengan tempat pelaksanaan di Laboratorium Biokimia Pangan Lt.4 Universitas Trilogi. 
2.2 Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat yang diperlukan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, gelas piala, penjepit kayu, vortex, kuvet, spektrofotometer, labu takar, neraca analitik, dan sentifuga.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain adalah : Glisin, kentang, nindhidrin 2 %, larutan standar (20, 40, 60, 80, 100 ppm), air suling (aquadest), tissue.
2.3 Prosedur Kerja
a.    Pembuatan Larutan standar dan Blanko
       Analat Asam Amino Glisin dimasukkan kedalam labu takar 100 ml. Kemudian dibuat dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm. Setelah itu ambil 5 mL dan masukkan kedalam tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 0,5 mL ninhidrin 2%. Semua tabung reaksi dipanaskan dalam air mendidih (penangas air) sampai berwarna ungu selama 20 menit. Setelah itu didinginkan dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL dan ditambahkan aquadest sampai tanda tera. Larutan blanko disiapkan dengan mengganti analat dengan air suling.
b.    Analisis asam Amino dalam sampel
       Kentang ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 0,5 g, kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan air sampai setengah tabung. Lalu vortex selama 5 menit. Supernatan (cairan) diambil dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL dan ditepatkan sampai tanda tera dengan menambahkan aquadest. Kemudian diambil 5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, setelah itu ditambahkan 0,5 mL ninhidrin 2% kedalam tabung reaks. Semua tabung reaksi dipanaskan dalam air mendidih (penangas air) sampai berwarna ungu selama 20 menit. Setelah itu didinginkan dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL dan ditambahkan aquadest sampai tanda tera. Kemudian dilakukan pengenceran dengan mengambil 0,5 mL dan di tera kembali.
c.    Pembuatan spektrum serapan zat
       Kuvet diisi dengan salah satu larutan standar (blanko) yang ditentukan pada penentuan kadar asam amino bebas. Absorban larutan dihitung pada panjang gelombang 570 nm dengan interval 5. Setiap interval adalah panjang ukur larutan standar (blanko) dan larutan sampel. Absorban dan tranmitan akan keluar pada layar monitor berupa angka dan grafik.
 
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN 
a.      Larutan Standar dan Blanko
·         Penghitungan konsentrasi (ppm)
M1.V1 = M2 .V2                                            M1.V1 = M2 .V2
      0 ppm . 50 mL = 20 ppm . V2                                    0 ppm . 50 mL = 80 ppm . V2
                   V2      = 20 mL                                              V2       = 80 mL
                        M1.V1 = M2 .V2                                            M1.V1 = M2 .V2
      0 ppm . 50 mL = 40 ppm . V2                                    0 ppm . 50 mL = 100 ppm . V2
                   V2      =  40 mL                                             V2       =  100 mL
M1.V1 = M2 .V2
      0 ppm . 50 mL = 60 ppm . V2
                   V2      = 60 mL
Tabel 1: Warna yang dihasilkan pada setiap konsentrasi
Konsentrasi
20 ppm
40 ppm
60 ppm
80 ppm
100 ppm
Warna
Bening
Biru seulas
Kebiruan
Biru
Biru Pekat
            Pada praktikum ini pembuatan larutan standar dan blanko telah disediakan terlebih dahulu yaitu dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm. Pada konsentrasi 20 ppm larutan bening, pada konsentrasi 40 ppm berwarna biru seulas, dan pada konsentrasi 60 ppm berwarna kebiruan,  sedangkan pada 80 ppm berwarna bitu serta konsentrasi 100 ppm berwarna biru pekat. Pembuatan larutan blanko hampir sama dengan pembuatan larutan standar. Namun pada larutan blanko, analat diganti dengan air suling.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi analat maka semakin warna biru suatu larutan. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah konsentrasi (ppm) maka semakin tidak berwarna suatu larutan (bening). (Gambar 1)
Description: D:\1450543552009.jpg Description: D:\1450618215141.jpg                                        Gambar 1                                                Gambar 2
b.      Regresi
No.
Konsentrasi
Absorbansi
1.
0  ppm
0
2.
20 ppm
0,039
3.
40 ppm
0,069
4.
80 ppm
0,197
5.
100 ppm
0,299

Pada deret standar glisin diperoleh hasil antara lain: pada konsentrasi 20 ppm dengan absorbansi 0.039, pada konsentrasi 40 ppm dengan absorbansi 0.069, pada konsentrasi 80 ppm dengan absorbansi 0.197, dan pada konsentrasi 100 ppm dengan absorbansi 0.299. dalam hal ini tidak dipakai konsentrasi 60 ppm karena diperoleh hasil absorbansi yang tidak akurat di akibatkan oleh kurangnya ketelitian dalam pengerjaan pembuatan larutan.
Dengan Y adalah 0.003 dan RSQ atau R2 0,96467 menunjukkan bahwa dapat dikatakan data larutan standar akurat karena semakin dekat dengan angka 1 maka semakin akuratlah suatu data sebagai pertanda terbentuk garis lurus linear pada rentang konsentrasi yang dibuat.

Penentuan kadar sampel metode regresi linear yaitu metode parametrik dengan variabel bebas (konsentrasi sampel) dengan variabel terikat (absorbansi sampel) menggunakan persamaan garis regresi Kurva Larutan Baku. Konsentrasi sampel dapat dihitung berdasarkan persamaan kurva baku tersebut (Rohman, 2007)
c.       Uji Asam Amino dalam sampel Kentang
Pada percobaan ini ditimbang bobot sampel kentang adalah 0,5042 g. Pada spektrofotometer menggunakan interval 5  dan panjang gelombang 570 nm. Absorbansi 1 adalah 0,007, Absorbansi 2 adalah 0,006,  dan Absorbansi 3 adalah 0,007.
Dibawah ini adalah penentuan X1, X2, X3 dan rata-rata dari ketiga absorbansi dari sampel kentang yang diambil dari supernatan ekstrak kentang.
Y = Bx + A
Y = 0,0029x – 0,0202
·         Absorbansi 1 : 0,007
0,007 = 0,0029 (X1) – 0,0202
X1 = 9,3793
·         Absorbansi 2 : 0,006
0,006 = 0,0029 (X2) – 0,0202
X2 = 9,0344
·         Absorbansi 3 : 0,007
0,007 = 0,0029 (X2) – 0,0202
X3 = 9,3793
Ø  Absorbansi Rata-rata =  = 0,0066
·         Absorbansi Rata-rata : 0,0066
0,0066 = 0,0029 (χ) – 0,0202
Rata-rata (χ)  = 9,2413
Dari data diatas hasil regresi dan perhitungan diketahui bahwa B = 0,0029 dengan A = 0,0202 sedangkan diperoleh X1 adalah 9,3793, X2 adalah 9,0344, X3 adalah 9,3793 dan Rata-rata (χ)  adalah 9,2413.
Literatur yang ditemukan menyebutkan bahwa (Rohman, A, 2007) Absorban yang terbaca di pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70%  jika terbaca di transmitan. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaanT adalah 0,005 atau 0,5 % (Kesalahan fotometrik).
Pada uji Asam amino pada sampel kentang ini dilakukan pengenceran kembali karena sampel kentang yang diberikan terlalu kecil sehingga setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan warna menjadi biru, sehingga diharapkan setelah dilakukan pengenceran larutan dapat terbaca di spektrofotometer.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi glisin pada kentang sangat kecil yang ditandai dengan absorbnsi pada spektrofotometer yang kecil dan tidak terjadinya perubahan warna menjadi biru karena sampel yang diberikan sangat kecil. Setelah dilakukan percobaan dengan perlakuan pemberian sampel sebanyak 1 g, 1,5 g dan 2 g terdapat perbedaan yang drastis, yaitu semakin besar bobot sampel yang diberikan maka semakin pekat warna biru pada larutan. (Gambar 2)

BAB IV
SIMPULAN

pada konsentrasi 20 ppm dengan absorbansi 0.039, pada konsentrasi 40 ppm dengan absorbansi 0.069, pada konsentrasi 80 ppm dengan absorbansi 0.197, dan pada konsentrasi 100 ppm dengan absorbansi 0.299. dalam hal ini tidak dipakai konsentrasi 60 ppm karena diperoleh hasil absorbansi yang tidak akurat di akibatkan oleh kurangnya ketelitian dalam pengerjaan pembuatan larutan. Dengan Y adalah 0.003 dan RSQ 0,96467 menunjukkan bahwa dapat dikatakan data larutan standar akurat karena semakin dekat dengan angka 1 maka semakin akuratlah suatu data.
Pada konsentrasi 20 ppm larutan bening, pada konsentrasi 40 ppm berwarna biru seulas, dan pada konsentrasi 60 ppm berwarna kebiruan,  sedangkan pada 80 ppm berwarna bitu serta konsentrasi 100 ppm berwarna biru pekat. Pembuatan larutan blanko hampir sama dengan pembuatan larutan standar.
Dari data diatas hasil regresi dan perhitungan diketahui bahwa a = 0,0029 dengan b = 0,0202 sedangkan diperoleh X1 adalah 9,3793, X2 adalah 9,0344, X3 adalah 9,3793 dan Absorbansi rata-rata adalah 9,2413.
Pada uji Asam amino pada sampel kentang ini dilakukan pengenceran kembali karena sampel kentang yang diberikan terlalu kecil sehingga setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan warna menjadi biru, sehingga diharapkan setelah dilakukan pengenceran larutan dapat terbaca di spektrofotometer.
  
DAFTAR PUSTAKA 
·         Almatsier, J. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
·         Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
·         Hawab, H.M. 2005. Pengantar Biokimia. Edisi Revisi. Bayumedia. Medan
·         Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
·         Seftiono, Hermawan. 2015. Modul Praktikum Biokimia Pangan. Universitas Trilogi. Jakarta
·         Stanley, H. 1988. Kimia Organik. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Description: D:\deret standar glisin 151215 abs.JPG
Description: D:\deret standar glisin 151215.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar