Sabtu, 30 April 2016

Laporan Pembuatan Fruit Leather



Tanggal           : 12 April 2016
Kelompok       : 03
Asisten            : Devy Chaesa 

REKAYASA PROSES PANGAN
Pembuatan Fruit Leather

Dita Fitriani (14106007)
Desi Puspitasari (14106006)
Fadhilah Dorian Saputri (14106010)
M. Zulfikar (14106011)
Andryanto (14106031)


 







PRODI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS BIOINDUSTRI
UNIVERSITAS TRILOGI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Buah-buahan merupakan salah satu komoditas pertanian paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, hal ini karena kandungan berbagai vitamin yang memang banyak terdapat dalam buah-buahan. Tentunya kandungan berbagai vitamin serta air yang dimiliki buah-buahan sangat berguna bagi nutrisi tubuh kita. Namun, pada musim panen melimpah buah mengalami penurunan harga dan kualitas. Untuk mempertahankan kualitas dari buah tersebut dapat dilakukan pengolahan dan pengawetan, salah satunya Fruit leather.
Fruit Leather adalah jenis makanan yang berasal dari daging buah yang telah dihancurkan dan dikeringkan. Fruit leather diproduksi dengan mengeringkan bubur buah menjadi lembaran kulit, yang dapat dikonsumsi sebagai saus ataupun manisan. Pada praktikum rekayasa proses pangan ini menggunakan buah salak. Salak dengan kandungan antioksidan dan rasa yang manis memiliki kareasteriktik pangan yang baik untuk dijadikan Fruit Leather.
Bagi masyarakat indonesia, selai dengan lembaran dan leder buah dan fruit leather merupakan produk relatif baru sehingga belum banyak diketahui dan dikembangkan oleh industri produk olahan skala besar maupun kecil. Fruit leather dapat dibuat dengan sederhana yaitu dengan menghancurkan daging buah hingga menjadi bubur, dicampur dengan gula, kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar matahari atau alat pengering. Sifat-sifat penting yang mempengaruhi mutu dari fruit leather adalah warna , rasa, aroma, dan tekstur. Sifat-sifat tersebut banyak dipengaruhi oleh mutu dan dengan bantuan sinar matahari atau alat pengering. Untuk mendapatkan produk akhir yang berkualitas baik, dapat diperoleh dengan melakukan pengeringan dengan alat pengering buatan.
1.2  Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pengeringan dengan oven atau dehydrator terhadap produk fruit leather

BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal   :  Rabu, 6 April 2016
Tempat            :  Laboratorium Biokimia Universitas Trilogi
2.2 Bahan dan Alat
            Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah seperti manga, apel, strawberi, sirsak, tomat, melon, gula pasir, asam sitrat, gum arab, aluminium foil, dan plastic wrap.
            Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu blender, Loyang, wadah plastic, pisau, sendok, kompor gas, dan oven atau dehydration.
2.3 Metode Kerja
            Pembuatan fruit leather ini dimulai dengan pemisahan daging dari kulit serta bijinya, kemudian dicuci dengan air mengalir yang bertujuan untuk membersihkan kotoran yang ada pada daging buah. Setelah itu, dilanjutkan dengan penghancuran daging buah menggunakan blender dengan penambahan air 100 ml untuk memperkecil ukuran bahan serta mempermudah proses pencampuran.
Setelah pencampuran dilakukan penambahan gula sesuai perlakuan yaitu 140 gr, gum arab sebesar 3,5 gr, serta asam sitrat sebesar 0,7 gr dan dilakukan pemanasan serta pengadukan dengan api sedang untuk menghindari panas yang tidak merata. Selanjutnya dilakukan pencetakan diatas loyang diatas kertas minyak untuk menghindari kelengketan adonan  dan dimasukkan ke oven untuk dikeringkan dengan suhu 600c selama 24 jam bertujuan fruit leather matang secara merata. Setelah bahan kering dilanjutkan dengan pemotongan dengan ukuran 5x5 cm.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 
4.1 Hasil Pengamatan
Berat Salak      : 634 gr
Gula                : 127 gr
Karagen           : 3 gr
Asam Sitrat     : 0,4 gr
Produk Akhir : 270 gr

 = 57,4%

 =  42,58%

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini kami membuat suatu olahan pangan dari buah salak yaitu membuat fruit leather.  Fruit leather adalah jenis makanan yang berasal dari daging buah yang telah di hancurkan dan dikeringkan.
Pada pembuatan fruit leather ini menggunakan bahan tambahan sepeti gula, bubuk karagen dan  asam sitrat (Gambar 1,2,3). Penambahan gula dalam produk ini bukan untuk menghasilkan rasa manis saja meskipun rasa ini penting melainkan gula tersebut bersifat menyempurnakan rasa asam dan cita rasa lainnya, kemampuan mengurangi kelembaban relatif dan daya mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan.
Pada penambahan karagen dapat digunakan untuk penigkatan flavor, bahan pengental, pembentuk lapisan tipis dan pemantap emulsi. Viskositas akan meningkat sebanding dengan peningkatan konsentrasi. Sedangkan pada penambahan asam sitrat berfungsi sebagai pemberi rasa asam dan mencegah kristalisasi gula. Selain itu asam sitrat juga berfungsi katalisator hidrolisa sukrosa ke bentuk gula invert selama penyimpanan serta sebagai penjernih gel yang dihasilkan.
Pada pembuatan Fruit leather Salak yang digunakan sebanyak 634 gr, menggunakan 20% dari bobot buah Gula 127 gr, kemudian Karagen 3 gr, Asam Sitrat 0,4 gr dan menghasilkan Produk Akhir 270 gr. Dari hasil pengamatan dan perhitungan diketahui Kadar air yang hilang pada fruit leather adalah 57,4%, sedangkan rendemennya 42,58%.
Berdasarkan hasil pengamatan, setiap kelompok memiliki warna yang berbeda-beda. Terdapat fruit leather yang berwarna kuning kecoklatan, kuning kehiauan, orange, kuning cerah dan bahkan berwarna merah muda. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan buah yang digunakan.  
Menurut Winarno (1997), bahwa ada lima hal yang menyebabkan suatu bahan berwarna, yaitu pigmen yang secara alami terdapat dalam tanaman dan hewan, reaksi karamelisasi, warna gelap yang timbul akibat reaksi maillard, reaksi oksidasi oleh adanya enzim dan penambahan zat warna. Perubahan warna yang terjadi pada produk pangan yang dikeringkan adalah reaksi Maillard dan karamelisasi. (Gambar 4&5)
Selain itu rasa merupakan salah satu faktor yang paling penting dari suatu bahan pangan yang mempengaruhi penerimaan konsumen. Rasa suatu bahan pangan dapat berasal dari sifat bahan itu sendiri atau karena adanya zat lain yang ditambahkan pada saat proses pengolahan. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain. Pada segi rasa mempunyai rasa yang berbeda-beda setiap buah. Hal tersebut dikarenakan dengan penambahan gula ataupun penambahan asam sitrat yang akan mempengaruhi hasil akhir. Kemudian dengan penggunaan jenis salak yang berbeda ataupun umur salak yang berbeda akan mempengaruhi hasil akhir dari rasa yang akan dihasilkan dari fruit leather tersebut.
Faktor suhu dan lama pengeringan selama proses pengolahan juga dapat mempengaruhi cita rasa produk pangan, hal ini dikarenakan produk yang mengandung kadar air sedikit dan kadar gula total yang tinggi secara langsung menimbulkan pengaruh terhadap rasa produk. Faktor pengeringan yang mengakibatkan terjadinya case hardening, selain berpengaruh terhadap warna juga dapat mempengaruhi rasa karena gula mengalami penguraian melebihi titik leburnya sehingga terjadi browning yang menjadikan rasa produk menjadi pahit (Winarno, 1997).
Description: D:\1460441786813.jpg  Description: D:\1460441796391.jpgDescription: D:\1460441790100.jpg
            Gambar 1                                    Gambar 2                              Gambar 3

     Description: D:\1460441794291.jpg   Description: D:\1460441783379.jpg
                           Gambar 4                                                    Gambar 5


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada pembuatan Fruit leather Salak yang digunakan sebanyak 634 gr, menggunakan 20% dari bobot buah Gula 127 gr, kemudian Karagen 3 gr, Asam Sitrat 0,4 gr dan menghasilkan Produk Akhir 270 gr. Dari hasil pengamatan dan perhitungan diketahui Kadar air yang hilang pada fruit leather adalah 57,4%, sedangkan rendemennya 42,58%. 
5.2 Saran
                  Dalam praktikum ini diperlukan konsentrasi dan ketelitian. Karena saat kita melakukan penimbangan yang tidak akurat itu akan mempengaruhi terhadap hasil dan rendemen. Pencampuran larutan dengan takaran yang tidak tepat dapat menghasilkan warna yang tidak sesuai standar.

DAFTAR PUSTAKA

·         Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Produksi Buah-Buahan di Indonesia 1995-2011. http://bps.go.id. Diakses pada Selasa, 12 April 2016
·         Fardiaz, D. 1989. Hidrokoloid. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
·         Prabawati, S., Suyanti dan Dondy A. S. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
·         Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.
·         Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta