Rabu, 18 November 2015

Laporan Praktikum Biokimia Analisa Asam Amino dan Protein


Tanggal            :  18 November 2015
Kelompok        :  01
Asisten             :  Sherly pricilia




“ANALISA ASAM AMINO DAN PROTEIN”


Disusun oleh :
1.      Dita Fitriani          ( 14106007 )
2.      Agatha Sonya        ( 14106001 )
3.      Andri Yanto           ( 14106031 )
4.      Aisyah Nur F         ( 14106014 )
5.      Reynaldo               ( 14106018 )

Description: E:\PKM TRILOGI\03d29f797e9b19971887082d2c968ac0.jpeg



PRODI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS BIOINDUSTRI
UNIVERSITAS TRILOGI
JAKARTA
2015


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Asam amino merupakan senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik yaitu cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Asam amino memiliki titik leleh yang sangat tinggi lebih dari 200oC dengan massa molekul relatif rendah.
Protein merupakan polimer alami yang terdiri dari sejumlah unit asam amino yang berikatan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (peptida). Peptida ialah oligomer dari asam amino yang memiliki peranan penting dalam banyak proses biologis. Protein merupakan biomolekul yang sangat penting.  Beberapa fungsi protein adalah sebagai katalisator (enzim), pengangkut dan penyimpanan, penyebab gerakan, pendukung sistem kekebalan, pembentuk dan transmisi implus saraf, pengontrol pertumbuhan dan deferensasi, pendukung kekuatan struktural, dan lain-lain. 
Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Susunan primer protein merupakan suatu rangkaiaan unit-unit asam amino dengan gugus-gugus R berada dalam posisi “trans”. Struktur sekunder nama lainnya adalah stuktur helik, terjadi karenapa adanya ikatan hydrogen antara atom oksigen dari radikal karboksil dengan atom hydrogen dari radikal –N-H yang terdapat pada 1 rantai peptide. Struktur tersier menunjukkan kecenderungan peptide membentuk lipatan dan dengan demikian membentuk 5 struktur yang lebih kompleks. Struktur kuarterner menunjukkan derajat persekutuan unit-unit protein.

1.2  Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat dari Asam Amino, melakukan identifikasi asam amino dan protein, dan menentukan senyawa-senyawa asam amino secara kualitatif.


BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Oktober 2015 pukul 13.15 sampai 15.45 WIB dengan tempat pelaksanaan di Laboratorium Biokimia Pangan Lt.4 Universitas Trilogi.

2.2 Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat yang diperlukan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, beaker glass, penjepit kayu, pipet tetes, pipet serologi, bulb, vortex, bunsen, dan spatula
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain adalah : HCl 0,1 N ; NaOH 0,1N ; Ethanol ; Kloroform dan air Asam Amino ; kuprisulfat ; Glisin ; Gelatin; Albumin ; Asam Glutamat ; Tahu, dan Aquadest.

2.3 Prosedur Kerja
a.    Uji Kelarutan Asam Amino dan Protein
       Diambil kira-kira 0,1 g asam-asam amino, kemudian dimasukkan masing-masing ke dalam tabung reaksi. Untuk masing-masing asam amino diperiksa kelarutannya dengan pelarut-pelarutnya (Air/aquadest, larutan HCl, larutan NaOH, Ethanol, dan Kloroform).
b.    Uji Reaksi Ninhidrin
       Dimasukkan 2 ml larutan Asam Amino kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes larutan ninhidrin, yang asam dan basa dimasukkan ke penanggas air selama 2 menit, setelah itu amati hasilnya.
c.    Uji Denaturasi Protein oleh panas dan pH
       Di pipet 5 ml dari setiap larutan protein dan masukkan dalam 3 tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml HCl pada tabung ke-1, 0.5 ml NaOH ke dalam tabung ke-2, dan 0.5 ml HNO3 pada tabung ke-3. Tabung-tabung diletakkan pada tabung penanggas air selama 10 menit, kemudian didinginkan pada suhu kamar dan amati hasilnya.

d.    Uji Biuret
       Ditambahkan 5 tetes larutan kuprisulfat  ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 2 ml larutan protein, kemudian ditambahkan 2 ml NaOH, setelah itu dikocok dan catat perubahan warna yang terjadi.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 : Uji Kelarutan Asam amino

No.
Sampel
Pelarut
Keterangan
HCl
NaOH
Air
Ethanol
Kloroform
++  =  Sangat Larut
+    =  Sedikit Larut
-     =  Tidak Larut
1.
Tahu
++
+
+
-
-
2.
Glisin
+
+
++
-
-

Tabel diatas menjelaskan bahwa pada Uji Kelarutan Asam Amino dengan menggunakan sampel Tahu yang telah dihaluskan dan Glisin, beberapa pelarut yang digunakan yaitu Air (H2O), Ethanol, Kloroform, HCl (Asam) dan NaOH (Basa). Umumnya asam amino dapat larut dalam air, dan tidak larut dalam pelarut organik non polar.
Percobaan dengan sampel Tahu yang telah dihaluskan ; pencampuran 1 sudip Tahu yang telah dihaluskan dengan 2 ml HCl menghasilkan larutan yang Homogen (sangat larut). Pencampuran 1 Sudip Putih Telur dengan 2 ml NaOH menghasilkan Larutan yang sedikit larut. Hal yang sama terjadi pada pelarut Air yaitu larutan sedikit larut. Kesimpulannya bahwa Ethanol dan Kloroform merupakan pelarut organik non polar karena tidak larut dalam sampel Tahu ataupun Glisin (Gambar 1).
Description: D:\DCIM\1446588038380.jpg  Gambar 1

 Percobaan dengan sampel Glisin ; pada konsentrat HCl (asam) dan NaOH (Basa) menghasilkan larutan yang sedikit Homogen/sedikit larut. Hal ini dapat terjadi karena Glisin yang merupakan asam amino yang hidrofilik (suka air) memiliki gugus-R berupa hidrogen sehingga dapat larut dengan air dan pelarut organik polar.



 Pencampuran Glisin dengan pelarut Air menghasilkan larutan yang Homogen yaitu larutan bercampur sempurna. Sedangkan dengan pelarut Ethanol dan Kloroform  tidak larut (tidak homogen) yaitu terdapat dua fase pemisah antara sampel dan pelarut (Gambar 2).

Description: D:\DCIM\1446587970648.jpg Gambar 2


Tabel Uji Reaksi Ninhidrin
No.
Sampel
Perubahan Warna
Keterangan
Awal
Akhir
++  =  Sangat Larut
+    =  Sedikit Larut
-     =  Tidak Larut
1.
Glisin
Putih (Bening)
Putih (Bening)
2.
Asam Glutamat
Putih (Bening)
Ungu Muda
3.
Tahu Cair
Putih (Bening)
Ungu Tua

           
            Ninhidrin merupakan reagen pengoksidasi yang sangat kuat. Semua asam amino dan peptida yang mengandung gugus α-amino bebas memberikan reaksi ninhidrin yang positif. Reaksi positif, mengandung gugus  amino bebas, ditandai dengan warna larutan ungu. Asam amino seperti Prolin dan hidroksi prolin dengan ninhidrin memberikan warna kuning. Reaksi ini sangat sensitif dan sesuai untuk penentuan asam amino secara kuantitatif.
 Pada Uji Reaksi Ninhidrin ini digunakan sampel Asam amino Glisin, Asam Glutamat, dan Tahu Cair. Pada praktikum ini di uji bagaimana perubahan warna yang terjadi saat sebelum dan setelah pemanasan. Dalam hal ini pemanasan hanya dilakukan pada konsentrat Asam (HCl) dan Basa (NaOH). Pada percobaan pertama yaitu pengujian 2 ml Glisin dengan 5 tetes Ninhidrin tetap memberikan warna putih (bening) tidak terjadi perubahan warna yang signifikan. Percobaan kedua dengan sampel Asam Glutamat yang memiliki warna awal putih (bening) dan mengalami perubahan warna menjadi Ungu Muda. Sampel selanjutnya adalah Tahu cair menghasilkan perubahan warna yang significant yang awalnya berwarna putih (bening) berubah menjadi Ungu tua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel Asam Glutamat dan Tahu memiliki reaksi positif dan mengandung gugus amino bebas. (Gambar 3&4)
Description: D:\DCIM\1446588003686 (2).jpg               Description: D:\DCIM\1446588030235 (2).jpg
Gambar 3                                                        Gambar 4
           
Tabel Uji Denaturasi Protein oleh panas dan pH
No.
Sampel
Pelarut
Keterangan
HCl
NaOH
++  =  Sangat Larut
+    =  Sedikit Larut
-     =  Tidak Larut
1.
Tahu
+
++
2.
Glisin
++
++

Denaturasi protein adalah suatu proses terjadinya perubahan atau modifikasi terhadap konformasi protein, lebih tepatnya terjadi pada struktur tersier maupun kuartener dari protein. Pada struktur tersier protein misalnya, terdapat empat jenis interaksi pada rantai samping seperti ikatan hidrogen, jembatan garam, ikatan disulfida, interaksi non polar pada bagian non hidrofobik. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan denaturasi protein antara lain panas, alkohol, asam-basa, dan logam berat. Adapun ciri-ciri suatu protein yang mengalami denaturasi dapat dilihat dari berbagai macam hal yang terjadi. Salah satunya dari perubahan struktur fisik, protein yang terdenaturasi biasanya mengalami pembukaan lipatan pada bagian-bagian tertentu. Protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya karena lapisan molekul yang bagian hidrofobik akan mengalami perubahan posisi dari dalam ke luar, begitupun sebaliknya.
Pada Praktikum ini konsentrat yang digunakan Glisin dan Tahu dengan pereaksi HCl sebagai penguji Asam dan NaOH sebagai penguji basa. Digunakan 1 sudip tahu dan 2 ml Glisin untuk setiap pelarut HCL dan NaOH. Hasil pengamatan yang diperoleh antara lain pada pelarut HCl dengan pereaksi tahu sedikit larut sedangkan dengan sampel Glisin pada HCl larut sempurna (homogen). Pada percobaan dengan pelarut NaOH, baik sampel tahu maupun glisin menghasilkan larutan yang homogen/larut sempurna. (Gambar 5)
     
Tabel Uji Biuret

No.
Sampel
Pereaksi (Larutan NaOH. 5H2O )
Awal
Akhir
1.
Gelatin

Bening
Ungu Muda
(mengeluarkan Panas, berbuih, larut)
2.
Pepton

Bening
Ungu Bening (mengeluarkan Panas, larut)
3.
Putih Telur (Albumin)

Kuning
Ungu Muda
(mengeluarkan Panas, Sangat berbuih, mengkristal)

Reagen biuret berfungsi untuk menguji kandungan protein dalam suatu zat makanan. Reaksi akan terjadi setelah ditetesi biuret, makanan/filtrat yang mengandung protein akan berubah menjadi warna ungu disebut reaksi positif. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dalam suatu asam amino namun tidak dapat menunjukkan asam amino bebas.  Uji ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus -CO dan -NH dari rantai peptida dalam suasana basa.  Ikatan peptide panjang akan menghasilkan warna ungu sedangkan Ikatan peptide yang pendek berwarna merah muda.
Percobaan pada praktikum ini dilakukan mula-mula ditetesi sebanyak 5 tetes NaOH.5H2O ditambahkan ke dalam 2 ml sampel. Dalam hal ini sampel yang digunakan adalah Gelatin, pepton, dan putih telur (albumin). Hasil pengamatan yang diperoleh antara lain ; dengan sampel Gelatin menghasilkan warna Ungu Muda yang mengeluarkan panas dan berbuih serta larut (homogen) setelah dilakukan pengocokan. Sampel Pepton juga memberikan warna Ungu Bening dan larut sempurna. Sedangkan pengujian putih telur (albumin) juga menghasilkan warna Ungu Muda dan setelah di homogenisasi mengeluarkan panas, berbuih dan mengktistal. (Gambar 7&8)

Description: D:\DCIM\1446587952789 (2).jpg             Description: D:\DCIM\1446587891496 (2).jpg
Gambar 7                                            Gambar 8



BAB IV
SIMPULAN

Asam amino merupakan senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener.
Pada praktikum kali ini dilakukan Uji kelarutan Asam amino, Uji Reaksi Ninhidrin, Uji Denaturasi Protein oleh panas dan pH, dan Uji Biuret. Pada pengujian kelarutan dengan pelarut HCl, NaOH, Air sangat larut, namun dengan Kloroform dan Ethanol tidak larut. Uji Reaksi Ninhidrin dapat disimpulkan bahwa sampel Asam Glutamat dan Tahu memiliki reaksi positif dan mengandung gugus amino bebas. Pada Uji Denaturasi Protein oleh panas dan pH dihasilkan pada pelarut HCl dengan pereaksi tahu sedikit larut sedangkan dengan sampel Glisin pada HCl larut sempurna (homogen) sedangkan NaOH, baik sampel tahu maupun glisin menghasilkan larutan yang homogen/larut sempurna. Pada Uji Biuret, sampel Gelatin menghasilkan warna Ungu Muda yang mengeluarkan panas dan berbuih serta larut (homogen), sampel Pepton juga memberikan warna Ungu Bening dan larut sempurna. Sedangkan pengujian putih telur (albumin) juga menghasilkan warna Ungu Muda dan setelah di homogenisasi mengeluarkan panas, berbuih dan mengktistal



DAFTAR PUSTAKA

·         Almatsier, J. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
·         Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
·         Hawab, H.M. 2005. Pengantar Biokimia. Edisi Revisi. Bayumedia. Medan
·         Seftiono, Hermawan. 2015. Modul Praktikum Biokimia Pangan. Universitas Trilogi. Jakarta
·         Stanley, H. 1988. Kimia Organik. Institut Teknologi Bandung. Bandung